Penulis : saninurmala89@gmail.com
But She's Not For Me
Sepintas siluet
itu yang membuat aku dan yang lainnya bergegas keluar mencari tau siapa
sebenarnya yang barusan lewat melintasi rumah ini. Sore ini matahari masih
sangat terik, aku mencoba memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas,
meskipun tanpa harus berusaha aku sudah dapat mengenali sosoknya hanya saja..
lebih detil lebih baik, bisa jadi ini adalah saat terakhir aku melihatnya..
She berjalan
dengan sangat anggun sekaligus manja sambil menggenggam tangan seorang pria
disampingnya, dimataku she terlihat bersinar seolah sinar matahari terus
mengikutinya, tapi meski tanpa sinar matahari dia akan tetap bersinar seolah
dia memiliki mataharinya sendiri.
Memandangnya
seperti ini membuatku dapat merasakan berbagai perasaan sekaligus, sedih dan
bahagia semuanya bercampur menghasilkan sebuah perasaan yang unik . perasaan
yang hanya dapat kau rasakan setelah kau mengalami jatuh cinta sedalam-dalamnya
lalu patah hati sehancur-hancurnya.
Kupandangi
ekspresi wajah teman-temanku, Agit, Fidi,Sigit dan Hilman mereka memandangi she
dengan ekspresi yang berbeda-beda, mereka akan marah, mereka akan kesal, sedih,
mereka akan merasakan semua yang buruk untukku dan menyisakan perasaan bahagia
untukku..
She adalah
pengalaman yang luar biasa bagiku dan aku berharap akan bisa mengalami hal
seperti ini lagi.. sekarang dia sudah membuka lembaran barunya jauh mendahului
aku, sebenarnya sejak dulu aku sudah tau kalo dia memang jauh dari jangkauanku
dan pengalaman bahwa dia pernah menggenggam tanganku benar-benar luar biasa,
sekarang aku harus berhati-hati mendefinisikan siapa dia bagiku agar tidak
terlalu menyiksaku.. she is my Muse, she is my Sarasvati, she is my inspiration
but, she is not for me..
September
2006
Pertengahan
semester yang basah, hujan mengguyur kota Bandung selama beberapa hari ini
membuat jalanan licin dan becek dan jejak-jejak
lumpur dari sepatu terbawa masuk ke ruang kelas 2IPS3 yang kebetulan
menjadi ruang kelasku, kini semakin ramai karena banyaknya anak-anak dari kelas
IPA yang berpindah ke IPS .ada sekitar 10 orang yang pada awal semester ini
mereka berada di kelas IPA tapi hanya dua bulan saja mereka sudah menyerah dan
pindah kelas,, aku bisa sedikit membayangkan seberapa besarnya tekanan yang ada
di sana..
Sejak awal aku
sudah tau kemampuanku dan menerimanya, jadi aku tidak punya keinginan yang
muluk-muluk agar bisa masuk kelas IPA. Secara garis besar sosok ku biasa saja
tidak ada yang menonjol, tidak ada yang bisa dibanggakan, aku hanya seorang
pria dengan tinggi rata-rata, wajah rata-rata, tingkat kecerdasan rata-rata,
tidak ada yang menarik dari diriku, aku tidak ingin menjadi pintar,atau
popular, aku hanya ingin menjadi orang baik dan sepertinya seperti itulah
orang-orang menilaiku..
Tahun kedua di SMA
ini kulalui dengan sangat santai.. berbeda dengan kelas IPA yang selalu sibuk
dan penuh dengan tekanan belajar, di kelas IPS para guru yang malas telah
sukses mengajarkan kemalasan mereka pada muridnya..hehe ya setidaknya seperti
itulah yang aku rasakan. Di tahun kedua ini aku lebih aktif di ESKUL yang aku
ikuti yaitu remaja masjid An Nur satu-satunya ESKUL islami di SMA umum ini,
seringkali saat jam pelajaran yang kosong atau terkadang aku sendiri yang
sengaja mengosongkannya aku datang ke ruang kesekertariatan Sharis atau ke
masjid untuk bersantai dan mengobrol dengan teman yang kebetulan ada disana.
Dan dengan secara kebetulan yang lama-lama
menjadi kebiasaan setiap kali aku melewati masjid aku selalu menyempatkan
membaca artikel yang dipajang di papan madding yang diletakkan di samping
masjid. Aku bukan tipe orang yang suka membaca tapi melihat warna-warni dari
artikel yang dipasang siapa yang tidak akan tertarik ?...
Sebenarnya aku hanya
tertarik pada artikel yang ditulis oleh seseorang dengan nama Alias Sunrise, dia adalah satu-satunya penulis
artikel yang memakai nama samara berbeda dengan yang lainnya yang bahkan
terkadang menuliskan nomer telepon mereka sendiri. Sunrise selalu menulis
artikel yang menarik minatku dengan tema yang berbeda-beda setiap minggunya,
membaca artikel Sunrise membuatku menyadari bahwa di sekolah ini hanya
mengajarkan kita sedikit ilmu, bahwa ada banyak ilmu lainnya yang harus kita
pahami di luar sana, dan kita harus memulainya dengan belajar sedikit
demi-sedikit dan terlalu banyak bagi Sunrise sama buruknya dengan terlalu
sedikit.
Aku mulai bertanya-tanya mengenai siapa sebenarnya
Sunrise ini, dan ketika aku bertanya pada Hilal -ia adalah ketua remaja masjid
angkatanku-, ia menjawab “owh itu ditulis oleh pengurus madding yang baru
namanya She..”
She ? siapa gerangan she? Aku bahkan tidak tau siapa dia
tapi kenapa sampai aku tidak tau???
Rasa penasaran membuatku mulai bertanya-tanya dan
berusaha mendekatinya, She ternyata merupakan anggota baru Sharis yang baru
masuk di awal semester ini, dia belajar di kelas 2IPA2 pada tahun pertama dia
sempat ikut Eskul Teater, itu sebabnya tulisan-tulisannya sangat puitis, dan
dia ternyata orang yang sulit didekati, sebenarnya aku tidak tau cara mendekati
lawan jenisku plus dia orang yang sangat aktif, semenit dia berada satu majelis
denganku berikutnya dia sudah hilang, banyak orang yang membutuhkannya dan dia
popular di kalangan guru, setiap ada perlombaan dia selalu ikut, setiap ada
seminar dia tak pernah ketinggalan. Aku mulai kagum padanya karena setiap
prestasi dan hal baik yang aku ketahui tentang dirinya tidak pernah aku dengar
langsung dari mulutnya melainkan dari orang lain, perlahan-lahan rasa kagumku
berubah menjadi ketertarikan yang lain…
Hanya saja aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang bisa
menarik minatnya,,
Selama berbulan-bulan kusembunyikan perasaanku, aku
jarang mendapatkan kesempatan bicara panjang melebihi 5 menit dengannya, dan
hal-hal tentang dirinya kucari tahu dari teman-temannya, dan semakin aku
mengetahui banyak tentangnya semakin aku menyukainya. Sejauh ini aku merasa
baik-baik saja karena hanya dengan melihatnya 1 kali saja dalam sehari sudah
membuatku senang.
Sampai pada suatu hari dia bertanya langsung padaku,
tanpa basi-basi mengenai perasaanku padanya.
Reaksi pertamaku saat ia bertanya mengenai perasaanku
adalah takut. Aku takut bahwa aku telah menggangunya, mungkin sikapku yang
sering bertanya-tanya mengenai dirinya kepada teman-temannya telah membuatnya
tidak nyaman dan apakah perntanyaan spontan tanpa basa-basi ini adalah tanda
kemarahannya? Tapi aku tidak bisa mengelaknya, aku mengakuinya dan minta maaf
bila membuatnya tidak nyaman dengan tindakanku..
“tidak seperti itu..” jawabnya lalu ia mengakui bahwa ia
juga sebenarnya tertarik padaku.
Ya Tuhan, gadis ini sangat berani dan terbuka..
Eh, tunggu dulu,,
ia tertarik padaku
?? yang benar saja ??? aku yang pendiam ini, aku yang biasa-biasa saja bagian
mana yang menarik baginya??
Kemudian she mengakui bahwa sebenarnya dia sangat kagum
padaku- aku kebingungan, kupikir selama ini hanya aku yang kagum padanya-.
“aku kagum karena kamu pendiam, sangat sulit untuk tetap
diam saat kita merasa benar. Dan kamu juga sangat lembut, tidak pernah
meninggikan suara sekalipun sedang marah”.
“pujian itu berlebihan buatku tapi aku senang
mendengarnya” jawabku”saat ini aku tidak ingin pacaran tapi kalo boleh aku
ingin mengenalmu lebih baik lagi…”
She menjawabnya
dengan anggukan pelan.
Ini adalah saat-saat yang membahagiakan dan mengharukan
sekaligus tidak dapat dipercaya telah terjadi, aku tidak pernah mengira kalau
rasanya akan sebahagia ini. Sebenarnya aku ingin ia menjadi pacarku hanya saja
aku belum percaya diri, bagaimana kalau nanti aku malah mengecewakannya dan dia
jadi membenci aku? Kurasa keadaan ini saja sudah sangat membahagiakan bagiku.
Meskipun aku berkata hanya ingin mengenalnya lebih baik
tapi aku tidak bisa menahan diriku untuk memberikan perhatian kepadanya setiap
ada kesempatan, dan aku juga jadi mulai posesif.. aku mulai mempelajari pola
kebiasaannya ia biasa ke masjid untuk sholat dhuha ketika jam istirahat,
kemudian ke perpustakaan setelahnya sampai jam istirahat usai, aku biasa mendahuluinya
ke masjid, menunggunya selesai shalat lalu mengikutinya ke perpustakaan bersama
dengan teman-temannya yang lain.. hmmm jujur saja buku bukanlah teman dekatku
jadi diperpustakaan aku terbiasa hanya duduk mengamatinya dari jauh atau
mengobrol dengan penjaga perpustakaan,
sampai akhirnya aku mulai akrab dengan penjaga perpustakaan dan putranya Agit
yang ternyata juga seangkatan denganku di Kelas 2IPS4,. Agit sering ke
perpustakaan biasanya karena diminta membantu ibunya yang seorang penjaga
perpustakaan untuk merapikan buku-buku, Agit adalah orang yang pendiam pada
awalnya tapi setelah kenal dekat dia akan bersikap aktif secara mengejutkan.
Semakin lama aku jadi semakin dekat dengan Agit dan
menjadi sahabatnya, dikarenakan rumahnya dan rumah she berdekatan aku jadi
memiliki alas an untuk mengantarkan she setiap pulang sekolah sampai dekat
rumahnya dengan alasan ingin mampir ke rumah Agit, tidak seperti dengan Agit,
hubunganku dengan She sulit mengalami kemajuan..
Aku tidak diperbolehkan mampir ke rumahnya, dia tidak mau
diajak jalan keluar, dan disekolahpun sangat sulit berkomunikasi dengannya,
terkadang ia datang ke sekolah pagi hari kemudian diajak ikut perlombaan atau
seminar sampai sore.. aku sering kali menunggunya di sekolah berharap ia akan kembali
ke sekolah lagi sebelum pulang ke rumah.. aku sempat mengeluh padanya tentang
kesibukan dia tapi dia malah memintaku untuk mencari kesibukan juga. Aku
berkata bahwa aku cemas dia ketinggalan pelajaran disekolah bila terlalu aktif
dengan kegiatan diluar tapi ia malah berkata “ bahwa belajar itu tidak boleh
ada paksaan, mempelajari apa yang kita ingin bisa agar bermanfaat nantinya, “
Aku selalu menuruti kata-katanya, aku mulai menyibukan
diriku dengan berbagai kegiatan yang aku sukai, aku, Agit dan 3 teman lainnya
membentuk sebuah Band sekolah dan kami berlatih 2x seminggu,aku juga mulai
rajin membaca di perpustakaan karena she selalu mengetahui lebih dengan membaca
aku tidak mau kalah darinya, tapi semua itu tidak berhasil membuatku semakin
dekat dengannya.. dia malah dengan sengaja menjauh… sering kali saat aku
mengajaknya bicara, ia malah berkata sedang tidak ingin diganggu.
Desember 2007
Ketika she berkata padaku “ pergilah, sibukkan dirimu,
berkembanglah raih apa yang kau inginkan dan menjadi lebih baik, aku tidak akan
kemana-mana”
Dia bohong..
Sekarang aku telah menjadi orang yang lebih baik,
nilai-nilaiku meningkat, Band ku menjadi popular di sekolah dan di luar sekolah
kami sering mengikuti berbagai pentas,
para wanita kini banyak yang menaruh hati padaku tapi semua itu tidak cukup
bagiku untuk bisa menarik kembali hati She. Dia bilang dia tidak akan
kemana-mana tapi kini ia telah melesat jauh meninggalkanku..
Aku kesal, aku marah, tapi sepertinya aku kesal dan marah
kepada diriku sendiri, karena ketidakmampuanku. Seandainya aku pintar dan aktif
sepertinya sejak dulu aku mungkin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk
bisa menjangkaunya,, mengejarnya tidak akan sesulit ini..
She tidak lagi ke masjid atau ke perpustakaan ketika jam
istirahat, ia tetap di kelas, mengerjakan tugas atau belajar untuk persiapan
UAN,, aku sempat berharap aku sekelas dengannya sehingga setidaknya setiap hari
bisa melihatnya.. ruang kelas IPA dan IPS terpisah lumayan jauh.. aku hanya bisa
mampir ke kelasnya sebentar dengan alasan membawakan minuman atau makanan hanya
untuk berkata hai dan jaga kesehatan.
Aku berusaha sabar sampai hari kelulusan tiba, berharap
bahwa ketika dia tidak disibukkan dengan hal lain, dia mungkin akan meluangkan
waktu untukku, karena dia selalu menyemangatiku untuk terus belajar dan menjadi
pribadi yang semakin baik lagi. Aku selalu mengikuti semua prinsip nya, aku
berubah menjadi seperti yang ia inginkan tapi tidak pernah cukup baik
untuknya,dan ketakutanku adalah hari kelulusan akan hari terakhir aku
melihatnya..
Bahkan setelah lulus aku sering mampir
bersama teman-temanku ke rumah Agit sambil berharap She akan lewat dan aku bisa
melihatnya lagi..
Jangan lupa tinggalkan komentar setelah membaca... Arigatou
Jangan lupa tinggalkan komentar setelah membaca... Arigatou
0 comments:
Post a Comment