Wednesday, November 19, 2014


Penulis : saninurmala89@gmail.com

 
But She's Not For Me
 


 Sepintas siluet itu yang membuat aku dan yang lainnya bergegas keluar mencari tau siapa sebenarnya yang barusan lewat melintasi rumah ini. Sore ini matahari masih sangat terik, aku mencoba memicingkan mata agar dapat melihat lebih jelas, meskipun tanpa harus berusaha aku sudah dapat mengenali sosoknya hanya saja.. lebih detil lebih baik, bisa jadi ini adalah saat terakhir aku melihatnya.. 

She berjalan dengan sangat anggun sekaligus manja sambil menggenggam tangan seorang pria disampingnya, dimataku she terlihat bersinar seolah sinar matahari terus mengikutinya, tapi meski tanpa sinar matahari dia akan tetap bersinar seolah dia memiliki mataharinya sendiri.

Memandangnya seperti ini membuatku dapat merasakan berbagai perasaan sekaligus, sedih dan bahagia semuanya bercampur menghasilkan sebuah perasaan yang unik . perasaan yang hanya dapat kau rasakan setelah kau mengalami jatuh cinta sedalam-dalamnya lalu patah hati sehancur-hancurnya.
Kupandangi ekspresi wajah teman-temanku, Agit, Fidi,Sigit dan Hilman mereka memandangi she dengan ekspresi yang berbeda-beda, mereka akan marah, mereka akan kesal, sedih, mereka akan merasakan semua yang buruk untukku dan menyisakan perasaan bahagia untukku..

She adalah pengalaman yang luar biasa bagiku dan aku berharap akan bisa mengalami hal seperti ini lagi.. sekarang dia sudah membuka lembaran barunya jauh mendahului aku, sebenarnya sejak dulu aku sudah tau kalo dia memang jauh dari jangkauanku dan pengalaman bahwa dia pernah menggenggam tanganku benar-benar luar biasa, sekarang aku harus berhati-hati mendefinisikan siapa dia bagiku agar tidak terlalu menyiksaku.. she is my Muse, she is my Sarasvati, she is my inspiration but, she is not for me..

September 2006
Pertengahan semester yang basah, hujan mengguyur kota Bandung selama beberapa hari ini membuat jalanan licin dan becek dan jejak-jejak  lumpur dari sepatu terbawa masuk ke ruang kelas 2IPS3 yang kebetulan menjadi ruang kelasku, kini semakin ramai karena banyaknya anak-anak dari kelas IPA yang berpindah ke IPS .ada sekitar 10 orang yang pada awal semester ini mereka berada di kelas IPA tapi hanya dua bulan saja mereka sudah menyerah dan pindah kelas,, aku bisa sedikit membayangkan seberapa besarnya tekanan yang ada di sana..

Sejak awal aku sudah tau kemampuanku dan menerimanya, jadi aku tidak punya keinginan yang muluk-muluk agar bisa masuk kelas IPA. Secara garis besar sosok ku biasa saja tidak ada yang menonjol, tidak ada yang bisa dibanggakan, aku hanya seorang pria dengan tinggi rata-rata, wajah rata-rata, tingkat kecerdasan rata-rata, tidak ada yang menarik dari diriku, aku tidak ingin menjadi pintar,atau popular, aku hanya ingin menjadi orang baik dan sepertinya seperti itulah orang-orang menilaiku..

Tahun kedua di SMA ini kulalui dengan sangat santai.. berbeda dengan kelas IPA yang selalu sibuk dan penuh dengan tekanan belajar, di kelas IPS para guru yang malas telah sukses mengajarkan kemalasan mereka pada muridnya..hehe ya setidaknya seperti itulah yang aku rasakan. Di tahun kedua ini aku lebih aktif di ESKUL yang aku ikuti yaitu remaja masjid An Nur satu-satunya ESKUL islami di SMA umum ini, seringkali saat jam pelajaran yang kosong atau terkadang aku sendiri yang sengaja mengosongkannya aku datang ke ruang kesekertariatan Sharis atau ke masjid untuk bersantai dan mengobrol dengan teman yang kebetulan ada disana.

 Dan dengan secara kebetulan yang lama-lama menjadi kebiasaan setiap kali aku melewati masjid aku selalu menyempatkan membaca artikel yang dipajang di papan madding yang diletakkan di samping masjid. Aku bukan tipe orang yang suka membaca tapi melihat warna-warni dari artikel yang dipasang siapa yang tidak akan tertarik ?... 

Sebenarnya aku hanya tertarik pada artikel yang ditulis oleh seseorang dengan nama Alias Sunrise, dia adalah satu-satunya penulis artikel yang memakai nama samara berbeda dengan yang lainnya yang bahkan terkadang menuliskan nomer telepon mereka sendiri. Sunrise selalu menulis artikel yang menarik minatku dengan tema yang berbeda-beda setiap minggunya, membaca artikel Sunrise membuatku menyadari bahwa di sekolah ini hanya mengajarkan kita sedikit ilmu, bahwa ada banyak ilmu lainnya yang harus kita pahami di luar sana, dan kita harus memulainya dengan belajar sedikit demi-sedikit dan terlalu banyak bagi Sunrise sama buruknya dengan terlalu sedikit.

Aku mulai bertanya-tanya mengenai siapa sebenarnya Sunrise ini, dan ketika aku bertanya pada Hilal -ia adalah ketua remaja masjid angkatanku-, ia menjawab “owh itu ditulis oleh pengurus madding yang baru namanya She..”
She ? siapa gerangan she? Aku bahkan tidak tau siapa dia tapi kenapa sampai aku tidak tau???

Rasa penasaran membuatku mulai bertanya-tanya dan berusaha mendekatinya, She ternyata merupakan anggota baru Sharis yang baru masuk di awal semester ini, dia belajar di kelas 2IPA2 pada tahun pertama dia sempat ikut Eskul Teater, itu sebabnya tulisan-tulisannya sangat puitis, dan dia ternyata orang yang sulit didekati, sebenarnya aku tidak tau cara mendekati lawan jenisku plus dia orang yang sangat aktif, semenit dia berada satu majelis denganku berikutnya dia sudah hilang, banyak orang yang membutuhkannya dan dia popular di kalangan guru, setiap ada perlombaan dia selalu ikut, setiap ada seminar dia tak pernah ketinggalan. Aku mulai kagum padanya karena setiap prestasi dan hal baik yang aku ketahui tentang dirinya tidak pernah aku dengar langsung dari mulutnya melainkan dari orang lain, perlahan-lahan rasa kagumku berubah menjadi ketertarikan yang lain…

Hanya saja aku sadar bahwa aku bukanlah orang yang bisa menarik minatnya,,

Selama berbulan-bulan kusembunyikan perasaanku, aku jarang mendapatkan kesempatan bicara panjang melebihi 5 menit dengannya, dan hal-hal tentang dirinya kucari tahu dari teman-temannya, dan semakin aku mengetahui banyak tentangnya semakin aku menyukainya. Sejauh ini aku merasa baik-baik saja karena hanya dengan melihatnya 1 kali saja dalam sehari sudah membuatku senang.

Sampai pada suatu hari dia bertanya langsung padaku, tanpa basi-basi mengenai perasaanku padanya.

Reaksi pertamaku saat ia bertanya mengenai perasaanku adalah takut. Aku takut bahwa aku telah menggangunya, mungkin sikapku yang sering bertanya-tanya mengenai dirinya kepada teman-temannya telah membuatnya tidak nyaman dan apakah perntanyaan spontan tanpa basa-basi ini adalah tanda kemarahannya? Tapi aku tidak bisa mengelaknya, aku mengakuinya dan minta maaf bila membuatnya tidak nyaman dengan tindakanku..

“tidak seperti itu..” jawabnya lalu ia mengakui bahwa ia juga sebenarnya tertarik padaku.

Ya Tuhan, gadis ini sangat berani dan terbuka..

Eh, tunggu dulu,,

 ia tertarik padaku ?? yang benar saja ??? aku yang pendiam ini, aku yang biasa-biasa saja bagian mana yang menarik baginya??

Kemudian she mengakui bahwa sebenarnya dia sangat kagum padaku- aku kebingungan, kupikir selama ini hanya aku yang kagum padanya-. 

“aku kagum karena kamu pendiam, sangat sulit untuk tetap diam saat kita merasa benar. Dan kamu juga sangat lembut, tidak pernah meninggikan suara sekalipun sedang marah”.

“pujian itu berlebihan buatku tapi aku senang mendengarnya” jawabku”saat ini aku tidak ingin pacaran tapi kalo boleh aku ingin mengenalmu lebih baik lagi…” 

 She menjawabnya dengan anggukan pelan.

Ini adalah saat-saat yang membahagiakan dan mengharukan sekaligus tidak dapat dipercaya telah terjadi, aku tidak pernah mengira kalau rasanya akan sebahagia ini. Sebenarnya aku ingin ia menjadi pacarku hanya saja aku belum percaya diri, bagaimana kalau nanti aku malah mengecewakannya dan dia jadi membenci aku? Kurasa keadaan ini saja sudah sangat membahagiakan bagiku.

Meskipun aku berkata hanya ingin mengenalnya lebih baik tapi aku tidak bisa menahan diriku untuk memberikan perhatian kepadanya setiap ada kesempatan, dan aku juga jadi mulai posesif.. aku mulai mempelajari pola kebiasaannya ia biasa ke masjid untuk sholat dhuha ketika jam istirahat, kemudian ke perpustakaan setelahnya sampai jam istirahat usai, aku biasa mendahuluinya ke masjid, menunggunya selesai shalat lalu mengikutinya ke perpustakaan bersama dengan teman-temannya yang lain.. hmmm jujur saja buku bukanlah teman dekatku jadi diperpustakaan aku terbiasa hanya duduk mengamatinya dari jauh atau mengobrol dengan  penjaga perpustakaan, sampai akhirnya aku mulai akrab dengan penjaga perpustakaan dan putranya Agit yang ternyata juga seangkatan denganku di Kelas 2IPS4,. Agit sering ke perpustakaan biasanya karena diminta membantu ibunya yang seorang penjaga perpustakaan untuk merapikan buku-buku, Agit adalah orang yang pendiam pada awalnya tapi setelah kenal dekat dia akan bersikap aktif secara mengejutkan.

Semakin lama aku jadi semakin dekat dengan Agit dan menjadi sahabatnya, dikarenakan rumahnya dan rumah she berdekatan aku jadi memiliki alas an untuk mengantarkan she setiap pulang sekolah sampai dekat rumahnya dengan alasan ingin mampir ke rumah Agit, tidak seperti dengan Agit, hubunganku dengan She sulit mengalami kemajuan..

Aku tidak diperbolehkan mampir ke rumahnya, dia tidak mau diajak jalan keluar, dan disekolahpun sangat sulit berkomunikasi dengannya, terkadang ia datang ke sekolah pagi hari kemudian diajak ikut perlombaan atau seminar sampai sore.. aku sering kali menunggunya di sekolah berharap ia akan kembali ke sekolah lagi sebelum pulang ke rumah.. aku sempat mengeluh padanya tentang kesibukan dia tapi dia malah memintaku untuk mencari kesibukan juga. Aku berkata bahwa aku cemas dia ketinggalan pelajaran disekolah bila terlalu aktif dengan kegiatan diluar tapi ia malah berkata “ bahwa belajar itu tidak boleh ada paksaan, mempelajari apa yang kita ingin bisa agar bermanfaat nantinya, “

Aku selalu menuruti kata-katanya, aku mulai menyibukan diriku dengan berbagai kegiatan yang aku sukai, aku, Agit dan 3 teman lainnya membentuk sebuah Band sekolah dan kami berlatih 2x seminggu,aku juga mulai rajin membaca di perpustakaan karena she selalu mengetahui lebih dengan membaca aku tidak mau kalah darinya, tapi semua itu tidak berhasil membuatku semakin dekat dengannya.. dia malah dengan sengaja menjauh… sering kali saat aku mengajaknya bicara, ia malah berkata sedang tidak ingin diganggu.

 Desember 2007

Ketika she berkata padaku “ pergilah, sibukkan dirimu, berkembanglah raih apa yang kau inginkan dan menjadi lebih baik, aku tidak akan kemana-mana”

Dia bohong.. 

Sekarang aku telah menjadi orang yang lebih baik, nilai-nilaiku meningkat, Band ku menjadi popular di sekolah dan di luar sekolah kami sering  mengikuti berbagai pentas, para wanita kini banyak yang menaruh hati padaku tapi semua itu tidak cukup bagiku untuk bisa menarik kembali hati She. Dia bilang dia tidak akan kemana-mana tapi kini ia telah melesat jauh meninggalkanku..

Aku kesal, aku marah, tapi sepertinya aku kesal dan marah kepada diriku sendiri, karena ketidakmampuanku. Seandainya aku pintar dan aktif sepertinya sejak dulu aku mungkin mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk bisa menjangkaunya,, mengejarnya tidak akan sesulit ini..

She tidak lagi ke masjid atau ke perpustakaan ketika jam istirahat, ia tetap di kelas, mengerjakan tugas atau belajar untuk persiapan UAN,, aku sempat berharap aku sekelas dengannya sehingga setidaknya setiap hari bisa melihatnya.. ruang kelas IPA dan IPS terpisah lumayan jauh.. aku hanya bisa mampir ke kelasnya sebentar dengan alasan membawakan minuman atau makanan hanya untuk berkata hai dan jaga kesehatan.

Aku berusaha sabar sampai hari kelulusan tiba, berharap bahwa ketika dia tidak disibukkan dengan hal lain, dia mungkin akan meluangkan waktu untukku, karena dia selalu menyemangatiku untuk terus belajar dan menjadi pribadi yang semakin baik lagi. Aku selalu mengikuti semua prinsip nya, aku berubah menjadi seperti yang ia inginkan tapi tidak pernah cukup baik untuknya,dan ketakutanku adalah hari kelulusan akan hari terakhir aku melihatnya..

Bahkan setelah lulus aku sering mampir bersama teman-temanku ke rumah Agit sambil berharap She akan lewat dan aku bisa melihatnya lagi..

Jangan lupa tinggalkan komentar setelah membaca... Arigatou
Next
Newer Post
Previous
This is the last post.

0 comments:

Post a Comment