Wednesday, November 19, 2014



Lelaki di dermaga




          Senja telah datang menggiring anak-anak burung camar kembali ke sarangnya, tapi lelaki itu baru saja datang, ia duduk di tepian dermaga memandang pada langit-langit  jingga dan menunggu...

Entah apa yang ia tunggu,bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu,

Satu persatu kerumunan orang di dermaga mulai pergi, beberapa orang meliriknya dengan penasaran,yang lainnya hanya lewat tanpa perduli.
 
            Ia memalingkan tatapannya dari langit yang telah menghitam lalu menunduk memandangi riak-riak air yang memantulkan bayangannya sendiri, dan disanalah dia berbincang dengan bayangannya sendiri..

Sinta tidak datang lagi mungkin masih marah padamu...  jangan menyerah mungkin besok dia datang...

            Ia tersenyum, tapi tidak benar2 ingin tersenyum. Ia hanya ingin melihat bayangan dirinya tersenyum mengiyakan...

Sinta....

Nama itu setiap kali terucap, setiap kali teringat pasti menorehkan luka di hatinya, memenuhi dadanya dengan perasaan bersalah yang teramat sangat, tapi itu tidak seberapa dibandingkan kekesalan karena ia bahkan tidak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan pada wanita itu,

            Masih terbayang di benaknya wajah Sinta yang selalu tersenyum padanya, ia adalah wanita yang selalu ceria dan selalu memberikan kesejukan pada hatinya setiap kali ia memandangnya, mereka memang menikah pada usia yang masih sangat muda tapi pernikahan itu bukanlah kesalahan, selama mereka bersama kebahagianlah yang selalu ia rasakan, tapi mengapa Sinta meninggalkannya? Mengapa ia tidak dapat mengingat apa kesalahanya?

            Ia menggigil, angin malam mulai berhembus sangar, lelaki itu mendekap kedua lututnya di dadanya untuk menghangatkan tubuhnya,

Sunyi..
Kini ia hanya sendiri di dermaga,menatap bayangannya sendiri dengan keputusasaan, entah sampai kapan ia mampu bertahan menahan dirinya sendiri untuk tidak terjun ke laut yang dalam, menghampiri bayangannya, telah lama ia bercengkrama dengan bayangannya itu, tapi ia takut...
Bukan takut mati...
Tapi takut pada proses kematiannya...
Entah mana yang lebih baik, mati sajakah atau hidup seperti zombie.

Tiba-tiba ditengah lamunannya ia mendengar suara derit papan kayu, suara langkah kaki menghampirinya..

Ia membalikkan badannya  dengan panik,
Entah kenapa ia bereaksi seperti itu,mungkin karena telah cukup lama orang-orang hanya menghindarinya bukan malah mendekatinya,

Mereka berhadapan,
Orang yang menghampirinya adalah seorang pria, tubuhnya jangkung dan agak kurus, ia memakai jaket wool yang tebal berwarna hitam, wajahnya putih bersih tapi tampak letih dan begitu lelah.
Pria itu menatapnya lemah, bibirnya bergerak tapi tak ada suara yang terdengar..
Ia mengenali pria itu,
Tapi bagaimana bisa dia berada disini setelah 10 tahun tidak bertemu?
Apakah dia hantu atau hanya dezavu...?


“ Yas... Yassa??” pria itu memanggilnya

Dia mengangguk,
Dan entah kenapa tiba-tiba haru menyelimuti perasaannya,
Mungkin karena ia telah berpisah selama 10 tahun dengan sahabatnya itu sehingga ketika bertemu lagi rasanya benar-benar  luar biasa..

Setengah berlari ia menghampiri sahabat lamanya itu lalu menghambur memeluknya,
Sangat erat...

Air mata berurai di wajahnya, ia merasa ada yang menemaninya sekarang, ia merasa sangat bahagia...
Sahabat kecilnya Adrian ada dihadapannya dan segera ia merasa ingin pulang bersama Adrian sekarang,

entahlah tapi dalam hati ia mulai menyadarinya bahwa yang selama ini ia tunggu di dermaga itu adalah Adrian dan bukan Sinta ...
Bagaimana bisa???
Entahlah ia tidak tahu, semuanya tampak semu...
Seperti udara yang bercampur abu,,

Adrian melepaskan jaketnya memakaikannya pada Yasa lalu mengajaknya pulang,, Yasa tidak keberatan hanya saja ia bingung harus pulang kemana, apakah ke rumah Adrian?
Yasa telah menanyakannya tapi adrian hanya tersenyum lalu menggerakkan mulutnya tanpa  suara...
Lagi-lagi kejadian ini tampak seperti mimpi baginya, Adrian ada disampingnya tapi terasa sangat jauh. Ia bisa mendengar Adrian berbicara panjang lebar kepadanya tetapi ia tidak dapat menangkap maksudnya. Sangat membingungkan.

“Yas dengarkan aku,, bila besok kau ingin datang kemari lagi ajak aku bersamamu ya...” pintanya lembut.

Suara Adrian terasa berbeda di telinga Yas,  tapi dia menyukai intonasinya yang lembut seperti sebuah permohonan tanpa paksaan... Yas mengangguk, ia merasa tenang dan senang,,

Mulai besok akan ada seseorang yang menemaninya menunggu di dermaga.


jangan lupa tinggalkan komentar setelah Membaca... Arigatou
Penulis : saninurmala89@gmail.com
Next
This is the most recent post.
Previous
Older Post

0 comments:

Post a Comment