Lelaki di dermaga
Senja telah datang menggiring
anak-anak burung camar kembali ke sarangnya, tapi lelaki itu baru saja datang,
ia duduk di tepian dermaga memandang pada langit-langit jingga dan menunggu...
Entah apa yang ia
tunggu,bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu,
Satu persatu kerumunan
orang di dermaga mulai pergi, beberapa orang meliriknya dengan penasaran,yang
lainnya hanya lewat tanpa perduli.
Ia memalingkan tatapannya dari
langit yang telah menghitam lalu menunduk memandangi riak-riak air yang
memantulkan bayangannya sendiri, dan disanalah dia berbincang dengan
bayangannya sendiri..
Sinta tidak datang
lagi mungkin masih marah padamu...
jangan menyerah mungkin besok dia datang...
Ia tersenyum, tapi tidak benar2
ingin tersenyum. Ia hanya ingin melihat bayangan dirinya tersenyum
mengiyakan...
Sinta....
Nama itu setiap kali
terucap, setiap kali teringat pasti menorehkan luka di hatinya, memenuhi
dadanya dengan perasaan bersalah yang teramat sangat, tapi itu tidak seberapa
dibandingkan kekesalan karena ia bahkan
tidak tahu kesalahan apa yang telah ia lakukan pada wanita itu,
Masih terbayang di benaknya wajah
Sinta yang selalu tersenyum padanya, ia adalah wanita yang selalu ceria dan
selalu memberikan kesejukan pada hatinya setiap kali ia memandangnya, mereka
memang menikah pada usia yang masih sangat muda tapi pernikahan itu bukanlah
kesalahan, selama mereka bersama kebahagianlah yang selalu ia rasakan, tapi
mengapa Sinta meninggalkannya? Mengapa ia tidak dapat mengingat apa
kesalahanya?
Ia menggigil, angin malam mulai
berhembus sangar, lelaki itu mendekap kedua lututnya di dadanya untuk
menghangatkan tubuhnya,
Sunyi..
Kini ia hanya sendiri
di dermaga,menatap bayangannya sendiri dengan keputusasaan, entah sampai kapan
ia mampu bertahan menahan dirinya sendiri untuk tidak terjun ke laut yang
dalam, menghampiri bayangannya, telah lama ia bercengkrama dengan bayangannya
itu, tapi ia takut...
Bukan takut mati...
Tapi takut pada proses
kematiannya...
Entah mana yang lebih
baik, mati sajakah atau hidup seperti zombie.
Tiba-tiba ditengah
lamunannya ia mendengar suara derit papan kayu, suara langkah kaki
menghampirinya..
Ia membalikkan
badannya dengan panik,
Entah kenapa ia
bereaksi seperti itu,mungkin karena telah cukup lama orang-orang hanya
menghindarinya bukan malah mendekatinya,
Mereka berhadapan,
Orang yang
menghampirinya adalah seorang pria, tubuhnya jangkung dan agak kurus, ia
memakai jaket wool yang tebal berwarna hitam, wajahnya putih bersih tapi tampak
letih dan begitu lelah.
Pria itu menatapnya
lemah, bibirnya bergerak tapi tak ada suara yang terdengar..
Ia mengenali pria itu,
Tapi bagaimana bisa
dia berada disini setelah 10 tahun tidak bertemu?
Apakah dia hantu atau
hanya dezavu...?
“ Yas... Yassa??” pria
itu memanggilnya
Dia mengangguk,
Dan entah kenapa
tiba-tiba haru menyelimuti perasaannya,
Mungkin karena ia
telah berpisah
selama 10 tahun dengan
sahabatnya itu sehingga ketika bertemu lagi rasanya
benar-benar luar biasa..
Setengah berlari ia
menghampiri sahabat lamanya itu lalu menghambur memeluknya,
Sangat erat...
Air mata berurai di
wajahnya, ia merasa ada yang menemaninya sekarang, ia merasa sangat bahagia...
Sahabat kecilnya
Adrian ada dihadapannya dan segera ia merasa ingin pulang bersama
Adrian sekarang,
entahlah tapi dalam
hati ia mulai menyadarinya bahwa yang selama ini ia tunggu di dermaga itu
adalah Adrian dan bukan Sinta ...
Bagaimana bisa???
Entahlah ia tidak
tahu, semuanya tampak semu...
Seperti udara yang
bercampur abu,,
Adrian melepaskan
jaketnya memakaikannya pada Yasa lalu mengajaknya pulang,, Yasa tidak keberatan
hanya saja ia bingung harus pulang kemana, apakah ke rumah Adrian?
Yasa telah
menanyakannya tapi adrian hanya tersenyum lalu menggerakkan mulutnya tanpa suara...
Lagi-lagi
kejadian ini tampak seperti mimpi baginya, Adrian ada disampingnya tapi terasa
sangat jauh. Ia bisa mendengar Adrian berbicara panjang lebar kepadanya tetapi
ia tidak dapat menangkap maksudnya. Sangat membingungkan.
“Yas dengarkan aku,, bila
besok kau ingin datang kemari lagi ajak aku bersamamu ya...” pintanya lembut.
Suara Adrian terasa
berbeda di telinga Yas, tapi dia
menyukai intonasinya yang lembut seperti sebuah permohonan tanpa paksaan... Yas
mengangguk, ia merasa tenang dan senang,,
Mulai besok akan ada
seseorang yang menemaninya menunggu di dermaga.
jangan lupa tinggalkan komentar setelah Membaca... Arigatou
Penulis : saninurmala89@gmail.com
0 comments:
Post a Comment